Skip to main content

Soal 2 Obat Kanker Tidak Ditanggung Bpjs Kesehatan, Djsn Angkat Bicara

Peringatan hari kanker sedunia di Jakarta (Foto: Ayunda Septiani/detikHealth) Peringatan hari kanker sedunia di Jakarta (Foto: Ayunda Septiani/detikHealth)

Jakarta - Pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tak lagi menanggung obat kanker usus Bevacizumab dan Cetuximab. Keduanya tidak lagi masuk dalam Formularium Nasional (Fornas) per 1 Maret 2019.

Menanggapi kebijakan tersebut, Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) menyarankan masyarakat tidak perlu khawatir. Keputusan tersebut diambil sehabis mendengar dan mempertimbangkan masukan dari banyak pihak, termasuk asosiasi jago dan profesi.

"Kedua obat tersebut tidak dimasukkan dalam Fornas terbaru, sebab secara ilmiah sudah ada obat sejenis yang lebih efektif. Obat sejenis inilah yang dimasukkan dalam Fornas terbaru sehingga masyarakat tidak perlu risau," kata Wakil Ketua Komisi Kebijakan DJSN Ahmad Ansori pada detikHealth, Rabu (20/2/2019).



Sayangnya, Ahmad tidak menjelaskan lebih detail soal obat pengganti tersebut. Bevacizumab dan Cetuximab dipakai dalam terapi tertarget (targeted theraphy) bagi penyintas kanker kolorektal stadium IV. Dalam kondisi stadium lanjut, sel kanker biasanya telah bermetastase atau menyebar ke organ badan lainnya.

Sebelumnya Bevacizumab dan Cetuximab dapat diberikan sampai 12 kali peresepan. Kebijakan ihwal abolisi kedua jenis obat tersebut tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/ Menkes/707/2018 ihwal Perubahan atas Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/ Menkes/659/2017 ihwal Fornas.



Tonton juga video 'Senangnya Ani Yudhoyono Dirawat Dua ''Suster'' Cantik':

[Gambas:Video 20detik]



Soal 2 Obat Kanker Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan, DJSN Angkat Bicara

Comments

Popular posts from this blog

10 Hoax Kesehatan Yang Sering Beredar Di Whatsapp Dan Facebook

Massa tergabung dalam Gerakan Muda Anti Hoax (GEMA HOAX) mendesak polisi semoga tindak tegas penyebar hoax. (Foto: Lamhot Aritonang) Jakarta - Whatsapp dan Facebook sering jadi aplikasi yang dipakai orang-orang untuk bertukar informasi. Di dalamnya sering juga muncul hoax-hoax kesehatan. Bagaimana cara supaya kita sanggup mengetahui mana informasi kesehatan di Whatsapp dan Facebook yang patut dicurigai? Sekretaris Jendral Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Dr Berry Juliandi, Msi, menyampaikan biasanya hoax bermain dengan informasi yang membawa pesan impian atau ketakutan. Diperlukan perilaku kritis selalu mewaspadai informasi sehingga tidak gampang untuk mendapatkan informasi gres di Whatsapp dan Facebook . Sebagai pola setidaknya beberapa hoax ini selalu diulang beredar tidak ada matinya di Whatsapp dan Facebook: 1. Main ponsel di kawasan gelap sebabkan tumor mata Informasi soal ancaman main ponsel sambil tiduran seringkali kita dapatkan, mulai dari pesan berisi bahaya-baha...

Potential Blood And Body Waste Check For Syndrome Greeted With Skepticism

A research team at the University of statesman claims to own developed blood and body waste tests which will effectively indicate syndrome in youngsters. The study, exploitation advanced machine learning algorithms designed to spot variations in blood and body waste between syndrome spectrum disorder (ASD) subjects and healthy youngsters, suggests a spread of recent biomarkers that might be associated with the condition. A big hunt is presently afoot for a transparent biomarker which will enable doctors Associate in Nursing objective pathological thanks to diagnose ASD. presently the sole thanks to diagnose the condition is thru behavioural assessments, and most kids are not known as unfit till once the age of 4. The condition is undeniably advanced, with several researchers recognizing the causes as stock-still in Associate in Nursing elusive combination of genetic variants and environmental factors. Previous analysis has recommended Associate in Nursing assortment of attainabl...

Difteri: Penyebab, Gejala, Obat, Dan Cara Mencegahnya

Ruang isolasi pasien difteri di salah satu rumah sakit di Garut. (Foto: Hakim Ghani) Jakarta - Difteri ialah penyakit infeksi basil yang beberapa kali menimbulkan insiden luar biasa (KLB) di Indonesia. Penyakit ini sudah dideskripsikan semenjak kala ke-5 sebelum masehi oleh para ilmuwan Yunani dan menjadi penyebab ajal terbanyak pada anak-anak. Konsultan penyakit infeksi Dr dr Hindra Irawan Satari, SpA(K), dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menjelaskan difteri mematikan lantaran membentuk selaput di kanal napas. Dampaknya seorang anak akan jadi kesulitan atau bahkan tidak sanggup bernapas. Selain itu basil difteri juga memproduksi toksin yang sanggup merusak jantung, ginjal, dan saraf memicu komplikasi. Dikutip dari banyak sekali sumber, berikut beberapa fakta yang perlu kau tahu wacana difteri: 1. Penyebab difteri Difteri disebabkan oleh infeksi basil berjulukan Corynebacterium Diphteriae pertama kali diidentifikasi oleh ilmuwan berjulukan F. Loeffler sekitar tahun 1880....