Skip to main content

Pesimis Vs Optimis, Mana Yang Lebih Sehat Bagi Jantung?

Sikap pesimistis dan optimistis sama-sama besar lengan berkuasa bagi kesehatan. (Foto: Rengga Sancaya) Sikap pesimistis dan optimistis sama-sama besar lengan berkuasa bagi kesehatan. (Foto: Rengga Sancaya)

Jakarta - Debat capres antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto diwarnai saling sindir soal perilaku pesimis-optimis. Jokowi menuding Prabowo kurang optimis, Prabowo menyebut dirinya bukan pesimis.

Terlepas dari topik yang sedang diperdebatkan sampai muncul saling tuding tersebut, perilaku seseorang terkait masa depan ternyata berkaitan juga dengan kesehatan. Berbagai penelitian telah menerangkan hal itu, walau kesimpulannya juga bermacam-macam.



Sebuah penelitian di University of Erlangen-Nuremberg di Jerman menyimpulkan, perilaku pesimistis lebih menguntungkan bagi kesehatan. Penelitian ini mengungkap, seorang pesimis cenderung punya impian hidup yang lebih tinggi.

"Pesimisme perihal masa depan mendorong orang untuk hidup lebih hati-hati, dan melaksanakan banyak sekali antisipasi terkait kesehatan dan keselamatan," kata Frieder R Lang yang memimpin penelitian ini, dikutip dari Livescience.



Hasil penelitian ini memperlihatkan tiap 9,5 persen peningkatan perilaku optimistis, peluang melaporkan disabilitas pada responden meningkat 10 persen. Demikian pula risiko meninggal dalam 5 tahun berikutnya, juga naik 10 persen.

Penelitian lain yang dipublikasikan di jurnal Circulation menyimpulkan hasil yang berbeda. Dalam penelitian di Amerika Serikat ini, perempuan yang optimistis punya kemungkinan lebih kecil untuk kena serangan jantung.



Seorang perempuan yang menanamkan pikiran optimistis mempunyai peluang hidup 14 persen lebih usang dibandingkan mereka yang pesimistis. Terkait risiko penyakit jantung koroner, optimis 9 persen lebih rendah dan 30 persen lebih kecil kemungkinannya meninggal alasannya komplikasi jantung.

"Hal ini sangat mungkin bahwa optimistis dapat memperlihatkan efek secara eksklusif untuk membantu menolak banyak sekali penyakit," ujar Dr Hilary A Tindle, seorang ajun profesor kedokteran di University of Pittsburgh, dikutip dari Reuters.

Comments

Popular posts from this blog

10 Hoax Kesehatan Yang Sering Beredar Di Whatsapp Dan Facebook

Massa tergabung dalam Gerakan Muda Anti Hoax (GEMA HOAX) mendesak polisi semoga tindak tegas penyebar hoax. (Foto: Lamhot Aritonang) Jakarta - Whatsapp dan Facebook sering jadi aplikasi yang dipakai orang-orang untuk bertukar informasi. Di dalamnya sering juga muncul hoax-hoax kesehatan. Bagaimana cara supaya kita sanggup mengetahui mana informasi kesehatan di Whatsapp dan Facebook yang patut dicurigai? Sekretaris Jendral Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Dr Berry Juliandi, Msi, menyampaikan biasanya hoax bermain dengan informasi yang membawa pesan impian atau ketakutan. Diperlukan perilaku kritis selalu mewaspadai informasi sehingga tidak gampang untuk mendapatkan informasi gres di Whatsapp dan Facebook . Sebagai pola setidaknya beberapa hoax ini selalu diulang beredar tidak ada matinya di Whatsapp dan Facebook: 1. Main ponsel di kawasan gelap sebabkan tumor mata Informasi soal ancaman main ponsel sambil tiduran seringkali kita dapatkan, mulai dari pesan berisi bahaya-baha...

Potential Blood And Body Waste Check For Syndrome Greeted With Skepticism

A research team at the University of statesman claims to own developed blood and body waste tests which will effectively indicate syndrome in youngsters. The study, exploitation advanced machine learning algorithms designed to spot variations in blood and body waste between syndrome spectrum disorder (ASD) subjects and healthy youngsters, suggests a spread of recent biomarkers that might be associated with the condition. A big hunt is presently afoot for a transparent biomarker which will enable doctors Associate in Nursing objective pathological thanks to diagnose ASD. presently the sole thanks to diagnose the condition is thru behavioural assessments, and most kids are not known as unfit till once the age of 4. The condition is undeniably advanced, with several researchers recognizing the causes as stock-still in Associate in Nursing elusive combination of genetic variants and environmental factors. Previous analysis has recommended Associate in Nursing assortment of attainabl...

Difteri: Penyebab, Gejala, Obat, Dan Cara Mencegahnya

Ruang isolasi pasien difteri di salah satu rumah sakit di Garut. (Foto: Hakim Ghani) Jakarta - Difteri ialah penyakit infeksi basil yang beberapa kali menimbulkan insiden luar biasa (KLB) di Indonesia. Penyakit ini sudah dideskripsikan semenjak kala ke-5 sebelum masehi oleh para ilmuwan Yunani dan menjadi penyebab ajal terbanyak pada anak-anak. Konsultan penyakit infeksi Dr dr Hindra Irawan Satari, SpA(K), dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menjelaskan difteri mematikan lantaran membentuk selaput di kanal napas. Dampaknya seorang anak akan jadi kesulitan atau bahkan tidak sanggup bernapas. Selain itu basil difteri juga memproduksi toksin yang sanggup merusak jantung, ginjal, dan saraf memicu komplikasi. Dikutip dari banyak sekali sumber, berikut beberapa fakta yang perlu kau tahu wacana difteri: 1. Penyebab difteri Difteri disebabkan oleh infeksi basil berjulukan Corynebacterium Diphteriae pertama kali diidentifikasi oleh ilmuwan berjulukan F. Loeffler sekitar tahun 1880....