
Jakarta - Debat capres antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto diwarnai saling sindir soal perilaku pesimis-optimis. Jokowi menuding Prabowo kurang optimis, Prabowo menyebut dirinya bukan pesimis.
Terlepas dari topik yang sedang diperdebatkan sampai muncul saling tuding tersebut, perilaku seseorang terkait masa depan ternyata berkaitan juga dengan kesehatan. Berbagai penelitian telah menerangkan hal itu, walau kesimpulannya juga bermacam-macam.
"Pesimisme perihal masa depan mendorong orang untuk hidup lebih hati-hati, dan melaksanakan banyak sekali antisipasi terkait kesehatan dan keselamatan," kata Frieder R Lang yang memimpin penelitian ini, dikutip dari Livescience.
Hasil penelitian ini memperlihatkan tiap 9,5 persen peningkatan perilaku optimistis, peluang melaporkan disabilitas pada responden meningkat 10 persen. Demikian pula risiko meninggal dalam 5 tahun berikutnya, juga naik 10 persen.
Penelitian lain yang dipublikasikan di jurnal Circulation menyimpulkan hasil yang berbeda. Dalam penelitian di Amerika Serikat ini, perempuan yang optimistis punya kemungkinan lebih kecil untuk kena serangan jantung.
Baca juga: Jadinya Prabowo Sosok Optimis atau Pesimis? |
Seorang perempuan yang menanamkan pikiran optimistis mempunyai peluang hidup 14 persen lebih usang dibandingkan mereka yang pesimistis. Terkait risiko penyakit jantung koroner, optimis 9 persen lebih rendah dan 30 persen lebih kecil kemungkinannya meninggal alasannya komplikasi jantung.
"Hal ini sangat mungkin bahwa optimistis dapat memperlihatkan efek secara eksklusif untuk membantu menolak banyak sekali penyakit," ujar Dr Hilary A Tindle, seorang ajun profesor kedokteran di University of Pittsburgh, dikutip dari Reuters.
optimistispesimistispsikologikesehatan jiwakesehatan jantungdebat capresdebat capres 2019pilpres 2019pemilu 2019prabowo subiantojoko widodo
Comments
Post a Comment