Skip to main content

Nah Lho! Dokter Digestif Sebut Belum Ada Pengganti 2 Obat Kanker Yang Dihapus

Menurut dokter disgestif dua obat kanker yang dihapus dari fornas belum ada penggantinya. Foto: iStock Menurut dokter disgestif dua obat kanker yang dihapus dari fornas belum ada penggantinya. Foto: iStock

Jakarta - Penghapusan obat targetted therapy untuk kanker kolorektal dari Formularium Nasional (Fornas) ialah Bevacizumab dan Cetuximab menjadikan kecemasan. Tidak hanya bagi pengidap kanker tetapi juga dokter dalam memperlihatkan obat sesuai indikasi medis.

Sebab, hingga ketika ini belum ada obat yang dapat menggantikan fungsi dan keefektivitasan dari Bevacizumab dan Cetuximab ini.

"Bevacizumab dan Cetuximab itu nama generik, hingga ketika ini belum ada penggantinya. Kalau itu sudah dikeluarkan dari Fornas pada 1 Maret nanti, sudah nggak ada. Kaprikornus pasien yang harus diberikan, nggak mendapat lagi," kata perwakilan dari Ikatan Perhimpunan Bedah Digestive Indonesia, dr A Hamid Rochanan, SpB-KBD, MKes, ketika dijumpai di tempat Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (20/2/2019).



Wakil Ketua Komisi Kebijakan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) Ahmad Ansori sebelumnya menyebut ada obat pengganti dan diklaim sama efektifnya. Namun, berdasarkan dr Hamid, hingga ketika ini belum ada obat pengganti dari Bevacizumab dan Cetuximab.

"Kalau dia memberikan ada penggantinya, tolong sebutkan penggantinya apa semoga pasien ini tahu. Karena hingga detik ini, pengganti Bevacizumab dan Cetuximab belum ada," pungkasnya.

Comments

Popular posts from this blog

10 Hoax Kesehatan Yang Sering Beredar Di Whatsapp Dan Facebook

Massa tergabung dalam Gerakan Muda Anti Hoax (GEMA HOAX) mendesak polisi semoga tindak tegas penyebar hoax. (Foto: Lamhot Aritonang) Jakarta - Whatsapp dan Facebook sering jadi aplikasi yang dipakai orang-orang untuk bertukar informasi. Di dalamnya sering juga muncul hoax-hoax kesehatan. Bagaimana cara supaya kita sanggup mengetahui mana informasi kesehatan di Whatsapp dan Facebook yang patut dicurigai? Sekretaris Jendral Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) Dr Berry Juliandi, Msi, menyampaikan biasanya hoax bermain dengan informasi yang membawa pesan impian atau ketakutan. Diperlukan perilaku kritis selalu mewaspadai informasi sehingga tidak gampang untuk mendapatkan informasi gres di Whatsapp dan Facebook . Sebagai pola setidaknya beberapa hoax ini selalu diulang beredar tidak ada matinya di Whatsapp dan Facebook: 1. Main ponsel di kawasan gelap sebabkan tumor mata Informasi soal ancaman main ponsel sambil tiduran seringkali kita dapatkan, mulai dari pesan berisi bahaya-baha...

Potential Blood And Body Waste Check For Syndrome Greeted With Skepticism

A research team at the University of statesman claims to own developed blood and body waste tests which will effectively indicate syndrome in youngsters. The study, exploitation advanced machine learning algorithms designed to spot variations in blood and body waste between syndrome spectrum disorder (ASD) subjects and healthy youngsters, suggests a spread of recent biomarkers that might be associated with the condition. A big hunt is presently afoot for a transparent biomarker which will enable doctors Associate in Nursing objective pathological thanks to diagnose ASD. presently the sole thanks to diagnose the condition is thru behavioural assessments, and most kids are not known as unfit till once the age of 4. The condition is undeniably advanced, with several researchers recognizing the causes as stock-still in Associate in Nursing elusive combination of genetic variants and environmental factors. Previous analysis has recommended Associate in Nursing assortment of attainabl...

Difteri: Penyebab, Gejala, Obat, Dan Cara Mencegahnya

Ruang isolasi pasien difteri di salah satu rumah sakit di Garut. (Foto: Hakim Ghani) Jakarta - Difteri ialah penyakit infeksi basil yang beberapa kali menimbulkan insiden luar biasa (KLB) di Indonesia. Penyakit ini sudah dideskripsikan semenjak kala ke-5 sebelum masehi oleh para ilmuwan Yunani dan menjadi penyebab ajal terbanyak pada anak-anak. Konsultan penyakit infeksi Dr dr Hindra Irawan Satari, SpA(K), dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menjelaskan difteri mematikan lantaran membentuk selaput di kanal napas. Dampaknya seorang anak akan jadi kesulitan atau bahkan tidak sanggup bernapas. Selain itu basil difteri juga memproduksi toksin yang sanggup merusak jantung, ginjal, dan saraf memicu komplikasi. Dikutip dari banyak sekali sumber, berikut beberapa fakta yang perlu kau tahu wacana difteri: 1. Penyebab difteri Difteri disebabkan oleh infeksi basil berjulukan Corynebacterium Diphteriae pertama kali diidentifikasi oleh ilmuwan berjulukan F. Loeffler sekitar tahun 1880....