
Jakarta - Debat Calon Presiden (Capres) putaran kedua akan digelar pada Minggu (17/2/2019). Perbedaan pertolongan dan opini terkait visi dan misi akseptor debat di antara pendukung yaitu hal yang wajar. Sayangnya, perbedaan ini kadang terbawa dalam kehidupan sehari-hari yang bertentangan dengan prinsip toleransi.
Menanggapi kecenderungan tersebut, psikolog klinis Ratih Ibrahim mengingatkan debat dan perbedaan politik yaitu ajang pendewasaan emosi dan psikologis. Mereka yang mempunyai kecerdasan emosi akan tetap menghormati orang lain terlepas dari pilihan politiknya.
"Orang yang remaja dan matang secara emosional akan hening saja menghadapi perbedaan ini. Mereka tidak menyerang individu atas pilihan politiknya alasannya yaitu tindakan itu memang tidak penting. Jangan hingga perbedaan mengakibatkan munculnya permusuhan alasannya yaitu mereka tetap saudara kita," kata Ratih pada detikHealth, Sabtu (16/02/2019).
Selain mengangkat perbedaan ke dalam kehidupan sehari-hari, Ratih juga menyoroti peredaran hoax dengan adanya perbedaan politik. Ratih mengingatkan untuk tidak berbagi kabar yang kebenarannya diragukan, alasannya yaitu hal tersebut dapat jadi menyakiti pihak lain. Membuat dan berbagi hoax juga tidak membuktikan kematangan psikologis menghadapi perbedaan.
Orang dengan kematangan psikologis menentukan cara yang lebih baik untuk berbagi atau menjelaskan opini politiknya. Hoax atau menyerang individu terang tidak masuk dalam metode yang akan dipilih. Perbedaan tidak mengakibatkan permusuhan, alasannya yaitu tiap orang sesungguhnya ingin diperlakukan dengan baik dan dihormati terlepas dari pandangan politiknya.
debat caprespilpres 2019pemilu 2019psikologikesehatan jiwaprabowoprabowo subiantojokowijoko widodoma'ruf aminsandiaga uno
Comments
Post a Comment