Jakarta - Penggunaan materi bakar biodiesel B20 dan B100 sempat disinggung dalam debat Calon Presiden (Capres) putaran kedua, pada Minggu (17/02/2019) malam. B20 mengindikasikan adonan 20 persen biodiesel dan 80 persen solar sedangkan B100 sepenuhnya memakai biodiesel.
Menurut Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Agus Haryono, B20 dan B100 bekerjsama sama-sama lebih kondusif bagi lingkungan. Dampak polusi yang ditanggung warga dan lingkungan tidak seberat pada penggunaan solar.
"Kandungan zat pengotor pada biodiesel, misal welirang dan logam berat, tidak sebanyak pada solar. Hasilnya gas COX, NOx, dan H2S yang dihasilkan dari proses penggunaan materi bakar tidak sebanyak pada penggunaan solar. COX, NOx, dan H2S yaitu referensi gas yang menimbulkan polusi," kata Agus pada detikHealth, Senin (18/02/2019).
Biodiesel yang dipakai dalam B20 dan B100 di Indonesia berasal dari pengolahan kelapa sawit. Sebagai minyak nabati, biodiesel yaitu referensi sumber daya yang diperbarui (renewable energy). Artinya, zat buangan yang dihasilkan selama penggunaan biodiesel dapat dipakai kembali dalam kehidupan.
Penggunaan B20 dan B100 dibutuhkan dapat menekan imbas polusi bagi kesehatan dan kehidupan masyarakat secara umum. Saat ini, polusi menjadi musuh utama banyak kota besar di Indonesia. Salah satu imbas polusi yaitu munculnya gangguan pernapasan, serta meningkatkan risiko munculnya aneka macam penyakit misal kanker.
Comments
Post a Comment